Gunung Merbabu adalah gunung api yang bertipe
Strato (lihat
Gunung Berapi) yang terletak secara geografis pada 7,5° LS dan 110,4° BT. Secara administratif gunung ini berada di wilayah
Kabupaten Magelang di lereng sebelah barat dan
Kabupaten Boyolali di lereng sebelah timur, Propinsi
Jawa Tengah.
Jalur Pendakian
Gunung Merbabu cukup populer sebagai ajang kegiatan pendakian.
Medannya tidak terlalu berat namun potensi bahaya yang harus
diperhatikan pendaki adalah udara dingin, kabut tebal, hutan yang lebat
namun homogen (hutan
tumbuhan runjung, yang tidak cukup mendukung sarana bertahan hidup atau
survival), serta ketiadaan sumber air. Penghormatan terhadap tradisi warga setempat juga perlu menjadi pertimbangan.
Kopeng Thekelan
Dari Jakarta bisa naik kereta api atau bus ke Semarang, Yogya, atau
Solo. Dilanjutkan dengan bus jurusan Solo-Semarang turun di kota
Salatiga, dilanjutkan dengan bus kecil ke Kopeng. Dari Yogya naik bus ke
Magelang, dilanjutkan dengan bus kecil ke Kopeng. Dari kopeng terdapat
banyak jalur menuju ke Puncak, namun lebih baik melewati desa tekelan
karena terdapat Pos yang dapat memberikan informasi maupun berbagai
bantuan yang diperlukan. Pos Tekelan dapat ditempuh melalui bumi
perkemahan Umbul Songo.
Di bumi perkemahan Umbul Songo Anda dapat beristirahat menunggu malam
tiba, karena pendakian akan lebih baik dilakukan malam hari tiba
dipuncak menjelang matahari terbit. Andapun dapat beristirahat di Pos
Thekelan yang menyediakan tempat untuk tidur, terutama bila tidak
membawa tenda. Dapat juga berkemah di Pos Pending karena di tiga tempat
ini kita bisa memperoleh air bersih.
Masyarakat di sekitar Merbabu mayoritas beragama Budha sehingga akan
kita temui beberapa Vihara di sekitar Kopeng. Penduduk sering melakukan
meditasi atau bertapa dan banyak tempat-tempat menuju puncak yang
dikeramatkan. Pantangan bagi pendaki untuk tidak buang air di Watu Gubug
dan sekitar Kawah. Juga pendaki tidak diperkenankan mengenakan pakaian
warna merah dan hijau.
Pada tahun baru jawa 1 suro penduduk melakukan upacara tradisional di
kawah Gn. Merbabu. Pada bulan Sapar penduduk Selo (lereng Selatan
Merbabu) mengadakan upacara tradisional. Anak-anak wanita di desa
tekelan dibiarkan berambut gimbal untuk melindungi diri dan agar
memperoleh keselamatan. Perjalanan dari Pos Tekelan yang berada di
tengah perkampungan penduduk, dimulai dengan melewati kebun penduduk dan
hutan pinus. Dari sini kita dapat menyaksikan pemandangan yang sangat
indah ke arah gunung Telomoyo dan Rawa Pening.
Di Pos Pending kita dapat menemukan mata air, juga kita akan
menemukan sungai kecil (Kali Sowo). Sebelum mencapai Pos I kita akan
melewati Pereng Putih kita harus berhati-hati karena sangat terjal.
Kemudian kita melewati sungai kering, dari sini pemandangan sangat indah
ke bawah melihat kota Salatiga terutama di malam hari.
Dari Pos I kita akan melewati hutan campuran menuju Pos II, menuju
Pos III jalur mulai terbuka dan jalan mulai menanjak curam. Kita mendaki
gunung Pertapan, hempasan angin yang kencang sangat terasa, apalagi
berada di tempat terbuka. Kita dapat berlindung di Watu Gubug, sebuah
batu berlobang yang dapat dimasuki 5 orang. Konon merupakan pintu
gerbang menuju kerajaan makhluk ghaib.
Bila ada badai sebaiknya tidak melanjutkan perjalanan karena sangat
berbahaya. Mendekati pos empat kita mendaki Gn. Watu tulis jalur agak
curam dan banyak pasir maupun kerikil kecil sehingga licin, angin
kencang membawa debu dan pasir sehingga harus siap menutup mata bila ada
angin kencang. Pos IV yang berada di puncak Gn. Watu Tulis dengan
ketinggian mencapai 2.896 mdpl ini, disebut juga Pos Pemancar karena di
puncaknya terdapat sebuah Pemancar Radio.
Menuju Pos V jalur menurun, pos ini dikelilingi bukit dan tebing yang
indah. Kita dapat turun menuju kawah Condrodimuko. Dan di sini terdapat
mata air, bedakan antara air minum dan air belerang.
Perjalanan dilanjutkan dengan melewati tanjakan yang sangat terjal
serta jurang di sisi kiri dan kanannya. Tanjakan ini dinamakan Jembatan
Setan. Kemudian kita akan sampai di persimpangan, ke kiri menuju Puncak
Syarif (Gunung Pregodalem) dan ke kanan menuju puncak Kenteng Songo (
Gunung Kenteng Songo) yang memanjang.
Dari puncak Kenteng songo kita dapat memandang Gn.Merapi dengan
puncaknya yang mengepulkan asap setiap saat, nampak dekat sekali. Ke
arah barat tampak Gn.Sumbing dan Sundoro yang kelihatan sangat jelas dan
indah, seolah-olah menantang untuk di daki. Lebih dekat lagi tampak
Gn.Telomoyo dan Gn.Ungaran. Dari kejauhan ke arah timur tampak Gn.Lawu
dengan puncaknya yang memanjang.
Menuju Puncak Kenteng Songo ini jalurnya sangat berbahaya, selain
sempit hanya berkisar 1 meter lebarnya dengan sisi kiri kanan jurang
bebatuan tanpa pohon, juga angin sangat kencang siap mendorong kita
setiap saat. Di puncak ini terdapat batu kenteng / lumpang / berlubang
dengan jumlah 9 menurut penglihatan paranormal.
Menuruni gunung Merbabu lewat jalur menuju Selo menjadi pilihan yang
menarik. Kita akan melewati padang rumput dan hutan edelweis, juga
bukit-bukit berbunga yang sangat indah dan menyenangkan seperti di film
India yang sangat menghibur kita sehingga lupa akan segala kelelahan,
kedinginan dan rasa lapar. Disepanjang jalan kita dapat menyaksikan
Gn.Merapi yang kelihatan sangat dekat dengan puncak yang selalu
mengeluarkan Asap.
Kita akan menuruni dan mendaki beberapa gunung kecil yang dilapisi
rumput hijau tanpa pepohonan untuk berlindung dari hempasan angin.
Disepanjang jalur tidak terdapat mata air dan pos peristirahatan. Kabut
dan badai sering muncul dengan tiba-tiba, sehingga sangat berbahaya
untuk mendirikan tenda.
Jalur menuju Selo ini sangat banyak dan tidak ada rambu penunjuk
jalan, sehingga sangat membingungkan pendaki. Banyak jalur yang sering
dilalui penduduk untuk mencari rumput dipuncak gunung, sehingga pendaki
akan sampai diperkampungan penduduk. Sambutan yang sangat ramah dan
meriah diberikan oleh penduduk Selo bagi setiap pendaki yang baru saja
turun Gn.Merbabu. Apabila Anda tidak bisa berbahasa jawa ucapkan saja
terima kasih.
Dari Selo dapat dilanjutkan dengan bus kecil jurusan
Boyolali-Magelang, bila ingin ke yogya ambil jurusan Magelang, dan bila
hendak ke Semarang atau Solo ambil jurusan Boyolali.
Jalur Wekas
Tim Skrekanek yang berjumlah lima orang ( Steve, Sigit, Bowo, Hari,
Bayu) pertengahan Maret 2005 melakukan pendakian Gunung Merbabu melalui
Jalur Wekas. Untuk menuju ke Desa Wekas kita harus naik mobil Jurusan
Kopeng - Magelang turun di Kaponan, yakni sekitar 9 Km dari Kopeng,
tepatnya di depan gapura Desa Wekas. Dari Kaponan pendaki berjalan kaki
melewati jalanan berbatu sejauh sekitar 3 Km menuju pos Pendakian.
Jalur ini sangat populer dikalangan para Remaja dan Pecinta Alam kota
Magelang, karena lebih dekat dan banyak terdapat sumber air, sehingga
banyak remaja yang suka berkemah di Pos II terutama di hari libur. Wekas
merupakan desa terakhir menuju puncak yang memakan waktu kira-kira 6-7
jam. Jalur wekas merupakan jalur pendek sehingga jarang terdapat
lintasan yang datar membentang. Lintasan pos I cukup lebar dengan
bebatuan yang mendasarinya. Sepanjang perjalanan akan menemui ladang
penduduk khas dataran tinggi yang ditanami Bawang, Kubis, Wortel, dan
Tembakau, juga dapat ditemui ternak kelinci yang kotorannya digunakan
sebagai pupuk. Rute menuju pos I cukup menanjak dengan waktu tempuh 2
jam.
Pos I merupakan sebuah dataran dengan sebuah balai sebagai tempat
peristirahatan. Di sekitar area ini masih banyak terdapat warung dan
rumah penduduk. Selepas pos I, perjalanan masih melewati ladang
penduduk, kemudian masuk hutan pinus. Waktu tempuh menuju pos II adalah 2
jam, dengan jalur yang terus menanjak curam.
Pos II merupakan sebuah tempat yang terbuka dan datar, yang biasa
didirikan hingga beberapa puluhan tenda. Pada hari Sabtu, Minggu dan
hari libur Pos II ini banyak digunakan oleh para remaja untuk berkemah.
Sehingga pada hari-hari tersebut banyak penduduk yang berdagang makanan.
Pada area ini terdapat sumber air yang di salurkan melalui pipa-pipa
besar yang ditampung pada sebuah bak.
Dari Pos II terdapat jalur buntu yang menuju ke sebuah sungai yang
dijadikan sumber air bagi masyarakat sekitar Wekas hingga desa-desa di
sekitarnya. Jalur ini mengikuti aliran pipa air menyusuri tepian jurang
yang mengarah ke aliran sungai di bawah kawah. Terdapat dua buah aliran
sungai yang sangat curam yang membentuk air terjun yang
bertingkat-tingkat, sehingga menjadi suatu pemandangan yang sangat luar
biasa dengan latar belakang kumpulan puncak - puncak Gn. Merbabu.
Selepas pos II jalur mulai terbuka hingga bertemu dengan persimpangan
jalur Kopeng yang berada di atas pos V (Watu Tulis), jalur Kopeng. Dari
persimpangan ini menuju pos Helipad hanya memerlukan waktu tempuh 15
menit. Perjalanan dilanjutkan dengan melewati tanjakan yang sangat
terjal serta jurang di sisi kiri dan kanannya. Tanjakan ini dinamakan
Jembatan Setan. Kemudian kita akan sampai di persimpangan, ke kiri
menuju Puncak Syarif (Gunung Pregodalem) dan ke kanan menuju puncak
Kenteng Songo ( Gunung Kenteng Songo) yang memanjang.
Jalur Kopeng Cunthel
Tim Skrekanek yang berjumlah lima orang (Maulana, Steve, Iwi, Ardy,
Sigit) pertengahan September 2004 melakukan pendakian Gunung Merbabu
berangkat melalui jalur Kopeng - Cunthel, dan turun mengambil jalur
Kopeng Thekelan.
Untuk menuju ke desa Cuntel dapat ditempuh dari kota Salatiga
menggunakan mini bus jurusan Salatiga Magelang turun di areal wisata
Kopeng, tepatnya di Bumi perkemahan Umbul Songo. Perjalanan dimulai
dengan berjalan kaki menyusuri Jalan setapak berbatu yang agak lebar
sejauh 2,5 km, di sebelah kiri adalah Bumi Perkemahan Umbul Songo.
Setelah melewati Umbul Songo berbelok ke arah kiri, di sebelah kiri
adalah hutan pinus setelah berjalan kira-kira 500 meter di sebelah kiri
ada jalan setapak ke arah hutan pinus, jalur ini menuju ke desa
Thekelan.
Untuk menuju ke Desa Cuntel berjalan terus mengikuti jalan berbatu
hingga ujung. Banyak tanda penunjuk arah baik di sekitar desa maupun di
jalur pendakian. Di Basecamp Desa Cuntel yang berada di tengah
perkampungan ini, pendaki dapat beristirahat dan mengisi persediaan air.
Pendaki juga dapat membeli berbagai barang-barang kenangan berupa
stiker maupun kaos.
Setelah meninggalkan perkampungan, perjalanan dilanjutkan dengan
melintasi perkebunan penduduk. Jalur sudah mulai menanjak mendaki
perbukitan yang banyak ditumbuhi pohon pinus. Jalan setapak berupa tanah
kering yang berdebu terutama di musim kemarau, sehingga mengganggu mata
dan pernapasan. Untuk itu sebaiknya pendaki menggunakan masker
pelindung dan kacamata.
Setelah berjalan sekitar 30 menit dengan menyusuri bukit yang
berliku-liku pendaki akan sampai di pos Bayangan I. Di tempat ini
pendaki dapat berteduh dari sengatan matahari maupun air hujan. Dengan
melintasi jalur yang masih serupa yakni menyusuri jalan berdebu yang
diselingi dengan pohon-pohon pinus, sekitar 30 menit akan sampai di Pos
Bayangan II. Di pos ini juga terdapat banguanan beratap untuk
beristirahat.
Dari Pos I hingga pos Pemancar jalur mulai terbuka, di kiri kanan
jalur banyak ditumbuhi alang-alang. Sementara itu beberapa pohon pinus
masih tumbuh dalam jarak yang berjauhan.
Pos Pemancar atau sering juga di sebut gunung Watu Tulis berada di
ketinggian 2.896 mdpl. Di puncaknya terdapat stasiun pemancar relay. Di
Pos ini banyak terdapat batu-batu besar sehingga dapat digunakan untuk
berlindung dari angin kencang. Namun angin kencang kadang datang dari
bawah membawa debu-debu yang beterbangan. Pendakian di siang hari akan
terasa sangat panas. Dari lokasi ini pemandangan ke arah bawah sangat
indah, tampak di kejauhan Gn.Sumbing dan Gn.Sundoro, tampak Gn.Ungaran
di belakang Gn. Telomoyo.
Jalur selanjutnya berupa turunan menuju Pos Helipad, suasana dan
pemandangan di sekitar Pos Helipad ini sungguh sangat luar biasa. Di
sebelah kanan terbentang Gn. Kukusan yang di puncaknya berwarna putih
seperti muntahan belerang yang telah mengering. Di depan mata terbentang
kawah yang berwarna keputihan. Di sebelah kanan di dekat kawah terdapat
sebuah mata air, pendaki harus dapat membedakan antara air minum dan
air belerang.
Perjalanan dilanjutkan dengan melewati tanjakan yang sangat terjal
serta jurang di sisi kiri dan kanannya. Tanjakan ini dinamakan Jembatan
Setan. Kemudian kita akan sampai di persimpangan, ke kiri menuju Puncak
Syarif (Gunung Pregodalem) dan ke kanan menuju puncak Kenteng Songo (
Gunung Kenteng Songo) yang memanjang.
Dari puncak Kenteng songo kita dapat memandang Gn.Merapi dengan
puncaknya yang mengepulkan asap setiap saat, nampak dekat sekali. Ke
arah barat tampak Gn.Sumbing dan Sundoro yang kelihatan sangat jelas dan
indah, seolah-olah menantang untuk di daki. Lebih dekat lagi tampak
Gn.Telomoyo dan Gn.Ungaran. Dari kejauhan ke arah timur tampak Gn.Lawu
dengan puncaknya yang memanjang.